| Cerpen | NOVEL | Aboutme | Esai |

Saturday, February 23, 2008

Belajar Membaca dan Menulis (Sastra)

Catatan Kecil Hary B Kori’un

DALAM acara diskusi tiga novel pemenang Ganti Award II 2005 (Getah Bunga Rimba [Marhalim Zaini], Jembatan [Olyrinson] dan Malam, Hujan [Hary B Kori’un, pen]) yang diadakan oleh Forum Lingkar Pena (FLP) Pekanbaru di Aula Perpustakaan Wilayah, Sabtu (11/6) lalu, salah seorang peserta yang masih sangat muda, bertanya kepada pembicara; Deded Er Moerad, Marhalim Zaini, Olyrinson dan saya sendiri (penulis). “Tadi, para pembicara mengatakan bahwa ketiga novel yang sedang didiskusikan ini berusaha membumi dan mudah dipahami oleh siapapun. Tetapi bagi saya, karya sastra, termasuk ketiga novel ini, tetap berat dan saya tidak paham apa yang dimaksudkan oleh para pengarangnya...”



Pertanyaan itu sebenarnya ditujukan kepada saya, karena sebelum gadis muda yang masih berseragam sekoah itu bertanya, saya memaparkan dan meyakinkan bahwa novel Malam, Hujan, adalah novel yang mudah dipahami, berusaha menggambarkan waktu dan tempat sedetail mungkin seolah-olah pembaca sedang menonton sebuah film, dan dengan bahasa yang tak perlu mengerutkan dahi. Namun, mendengar itu, saya menjadi mafhum dan berusaha untuk memahami kondisi masyarakat kita secara umum yang memang masih asing dengan buku. Meminjam istilah Seno Gumira Ajidarma, kita menulis di sebuah masyarakat yang tidak membaca (sesuatu yang juga dikatakan oleh Marhalim dalam peluncuran novel-novel ini di Bandar Serai beberapa waktu yang lalu).


Dalam diskusi tersebut, banyak hal yang dipaparkan baik oleh Marhalim, Deded maupun Olyrinson. Marhalim mengejaskan bahwa proses penciptaan novelnya yang kemudian menjadi novel terbaik tersebut, berawal dari kehidupan rutin ketika dia masih berada di kampung halamannya di Teluk Pambang, Bengkalis. Suasana perkampungan, kebun karet, kehidupan yang sederhana dan tenang dan ornamen-ornamen kampung lainnya, merupakan ihwal dari terciptanya ide novel itu. “Saya menulis berawal dari hal-hal biasa di sekitar saya dan ini yang selalu menjadi sumber inspirasi saya, dan untuk menambah pengayaan ide, saya membaca buku dan mempelajari lingkungan yang lain,” jelas pengajar teater di Akademi Kesenian Melayu Riau (AKMR) ini.


Hampir sama dengan Marhalim, Olyrinson juga menciptakan karya dengan ide dari kehidupan sehari-hari. Ide dari novel Jembatan didapatnya ketika dia pulang-pergi dari Pekanbaru-Siak dengan melewati penyeberangan di Perawang. Cerita tentang kehidupan yang biasa ini menjadi istimewa di tangan Oly karena banyak sisi humanis yang dipaparkan. “Saya tidak bisa menulis novel bagus, saya hanya bicara tentang keseharian,” jelas pegawai sebuah perusahaan kontraktor perminyakan ini.


Sementara itu Deded, seniman senior yang pernah lama tinggal di Jogjakarta, Jakarta dan Belanda, menjelaskan bahwa ketiga novel tersebut telah mampu melakukan eksplorasi estetika baik dalam bentuk maupun isi cerita. Deded mengatakan, seorang pengarang harus selalu mencari ide dan estetika dan memberikan pemikiran-pemikiran baru kepada pembacanya. “Kalau seorang pengarang tidak melakukan itu, maka ia akan ditinggalkan pembacanya,” jelas lelaki yang dekat dengan WS Rendra ini.***


BULAN Mei lalu, ketika punya kesempatan ke Surabaya, saya bertemu dengan tiga orang yang sudah eksis di dunia sastra. Mereka adalah mahaguru sastra Pak Budi Darma (saya memanggilnya “Pak” sebagai rasa hormat saya), pengarang produktif Kurnia Effendi yang sedang ada acara di Surabaya dan pengarang wanita Lan Fang yang memang tinggal di Surabaya. Kami ngobrol di rumah Pak Budi di komplek perumahan IKIP Surabaya bersama beberapa rekan yang lain.


Sangat beruntung, untuk keduakalinya saya bisa bercengkrama begitu lama dengan Pak Budi. Pertemuan pertama terjadi di Kayu Tanam, Sumatera Barat pada tahun 1997 saat Pertemuan Sastrawan Nusantara di klompleks INS Kayu Tanam. Ketika itu, saya masih hijau dan baru tumbuh sehingga saya merasa apa yang dijelaskan oleh Pak Budi dan teman-teman lainnya saat itu, terasa sulit saya cerna. Maklumlah, belum banyak buku yang saya baca karena susahnya mendapatkan buku yang bermutu baik di universitas maupun di toko buku. Untuk membeli harganya tak terjangkau oleh kantong mahasiswa, sementara tidak ada kawan yang mau meminjamkan.


Namun, kondisi ini tidak membuat saya patah semangat. Pelan tapi pasti, akhirnya saya mendapatkan beberapa buku Pak Budi seperti Olenka, Rafilus, Ny. Talis dan Orang-orang Bloomington. Belakangan cerpen-cerpennya juga mulai saya gemari seperti Mata yang Indah dan Derabat yang pernah menjadi cerpen terbaik Kompas.



Barangkali, apa yang dikatakan Pak Budi ini ada manfaatnya bagi kita. Dalam sebuah wawancara di jurnal Prosa (2003), lelaki yang selalu tampak santun, rapi, dan lembut tutur-kata ini sekali lagi mengakui, “...saya menulis tanpa saya rencanakan, dan juga tanpa draft. Andai kata menulis dapat disamakan dengan bertempur, saya hanya mengikuti mood, tanpa menggariskan strategi, tanpa pula merinci taktik. Di belakang mood, sementara itu, ada obsesi.”


Dalam perbincangan di rumahnya di malam yang hujan itu, Pak Budi lebih banyak menjadi moderator dan penyimpul diskusi, namun dengan bernas kata-katanya benar-benar mencengangkan. Misalnya, ketika kami diskusi tentang wacana muatan lokal dalam sastra Indonesia, Pak Budi mengatakan bahwa lokalitas sebuah karya itu tak bisa dipaksakan antara lokalitas daerah, lokalitas budaya atau lokalitas pemikiran. “Belum tentu seseorang yang hidup di lokalitas budaya dan daerah yang sama, memiliki lokalitas pemikiran yang sama juga,” katanya. Dia mencontohkan, pluralisme yang tumbuh di Riau. Menurutnya, lokalitas yang bisa diciptakan dengan baik di Riau adalah lokalitas daerah, tetapi tidak bisa dipaksakan lokalitas budaya dan pikiran. “Lokalitas daerah ya Riau itu. Tak bisa dipaksakan orang Minangkabau, Batak, Banjar atau Jawa yang hidup di sana, harus menulis sastra dengan latar belakang lokalitas budaya Melayu,” kata Pak Budi ketika itu.


Kembali ke pokok awal masalah tadi, bahwa apa yang dijelaskan oleh Pak Budi bagaimana proses penciptaannya, merupakan contoh bagaimana seorang pengarang menggarap ide-ide yang berbeda. Pak Budi sendiri mengakui, meski dia sudah lama tinggal dan menetap di Surabaya, namun dia sangat tidak fasih berbicara tentang kebudayaan yang berkembang di Surabaya, termasuk persoalan sosiologis masyarakat Jawa Timur yang berbeda dengan masyarakat Jawa Tengah di mana dia lahir di Rembang. Tipe masyarakat Jawa Timur cenderung terus terang dan keras, sementara Jawa Tengah lebih tertutup, mengutamakan sopan-santun dan bicara dengan lembut. “Tapi dalam proses penciptaan, saya kira seharusnya pengarang tidak harus memikirkan batasan-batasan karena itu akan memasung proses kreatifnya,” kata Guru Besar IKIP Surabaya ini.***


BEGITU keluar dari rumah Pak Budi, baik saya, Kurnia Effendi maupun Lan Fang sepanjang jalan merasakan ada hal besar dan banyak yang kami dapatkan. “Ini bedanya orang-orang muda dengan mereka yang sudah lama makan asam-garam hidup. Pak Budi banyak berkarya, dan sedikit bicara,” kata Kurnia, pengarang yang sudah menerbitkan banyak buku novel maupun kumpulan cerpen seperti Senapan Cinta, Bercinta di Bawah Bulan, Selembut Lumut Gunung, Aura Negri Cinta dan sebagainya itu.


Kurnia Effendi adalah generasi pengarang seangkatan Gus tf Sakai yang memulai menulis cerita remaja dan dimuat di Majalah Gadis, Anita Cemerlang, Aneka Ria atau Ceria Remaja. Seperti juga Gus, Kurnia juga sering memenangkan berbagai sayembara penulisan cerita (cerpen dan novel) remaja. Seiring pertumbuhan usia, keduanya juga merambah sastra serius dan karya-karyanya mulai menembus media serius seperti Horison, Kompas, Republika, Media Indonesia dan akhirnya mendapat pengakuan secara luas. “Bagi saya, menulis tak perlu memilih genre. Saya menulis apa saja yang bisa ditulis dan dikirimkan ke media yang sesuai dengan tulisan itu,” katanya suatu kali.


Akan halnya Lan Fang. Perempuan berdarah Cina ini selama ini eksis dengan dunia kepengarangan ketika cerpen maupun cerita bersambungnya memenangkan lomba yang diadakan oleh Majalah Wanita Femina atau Kartini dan beberapa novelnya yang telah menjadi buku seperti Kembang Gunung Purei, Pai Yin hingga kumpulan cerpen terbarunya, Lelaki yang Salah. Wanita kelahiran Banjarmasin ini mengakui bahwa proses kepengarangannya dilalui tanpa mencari kerumitan. “Pokoknya saya menulis cerita, banyak yang dimuat media, banyak juga yang ditolak. Tetapi saya terus menulis,” katanya.


Sebenarnya, apa yang saya tulis ini, hanya ingin memberi gambaran bahwa dunia kepenulisan itu tidak terlalu rumit, asal kita terus mau mencoba dan mencoba, termasuk membaca dan membaca. Seorang pengarang yang baik adalah ketika karyanya bisa berkomunikasi dengan pembacanya, sementara seorang pembaca yang baik adalah ketika dia bisa berkomunikasi dengan bacaannya tanpa harus mencari pemahaman dari yang lain. Semakin bingung, kan?***

11 comments:

ALFmalik said...

Salam pak Hary BK, saya mampir ke sini setelah menemukan alamatnya di Jalaindra (aditoha). Kalau boleh sedikit berkomentar, ...kebanyakan masyarakat kita masih menganggap bahwa membaca jauh lebih gampang dari pada menulis, tapi ketika mereka mencoba untuk membaca, mereka mengatakan bahwa melihat/mendengar jauh lebih gampang dari pada membaca. Padahal...melihat/mendengar, membaca, dan menulis adalah sebuah rangkaian yang sama sulit dan sama gampangnya.

Hendrawan Kariman said...

Pa kabar bang Hary, saya ikut acara ini lho, dapat novel-nya juga..
tapi sayang novel Bang Hary nggak menang, kalau saya nilai novel itu lebih bagus dari intan kaca (punya bapak2 itu).

oh ya bang Hary, saya mohon izin update web xpresi pagi minggu atau pagi rabu ya bang, soalnya.. malam minggu internet sering mati.

mohon dizinkan..
Hendrawan

Kharis said...

Salam kenal.... Terima kasih dah mo berkunjung ke blog saya di http://mamas86.wordpress.com

Anonymous said...

這家的情趣用品款式多樣!
情趣用品包裝隱密
你需要情趣用品輔助嗎?
情趣用品好好用!
情趣用品,情趣用品,情趣用品
情趣用品,情趣用品,情趣用品
情趣用品,情趣用品,台中搬家公司,A片,簡轉繁工具很好用的

Anonymous said...

BT
批發

seo

網路行銷

Anonymous said...

HU
情趣用品

提供上千種成人商品線上購物服務--專營情趣商品、男女自慰用品、性感睡衣、情趣用品批發、自慰套、SM商品、逼真情趣娃娃、跳蛋、按摩棒、同志用品、TENGA飛機杯..,可線上刷卡及貨到付款。 ... 收到的東西會有情趣用品的字樣嗎? 轉帳之後,如何通知這筆款項是我付的
導航

Anonymous said...

Do the right thing is smart to do should not do is ignorance.

SEO

網路行銷

SEO

網路行銷

Eriki said...

高雄旅遊墾丁旅遊
阿里山旅遊台東旅遊
清境旅遊包車旅遊
高雄一日遊墾丁一日遊
台南一日遊∣觀子嶺旅遊
高雄墾丁WISH計程車(七人座)高雄租車九人座
機場接送一日遊

Eriki said...

新彩整形外科診所
整形整形外科隆乳內視鏡隆乳豐胸果凍矽膠雙眼皮割雙眼皮縫雙眼皮開眼頭眼袋隆鼻韓式隆鼻抽脂削骨狐臭、>>>參考網站

Anonymous said...

I wish you health and happiness every day!
Ich wunsche Ihnen Gluck und Gesundheit jeden Tag!
Je vous souhaite sante et bonheur chaque jour!

網路行銷
seo

Anonymous said...

正享除蟲服務項目:白蟻防治 跳蚤防治 蛀蟲 燻蒸防治 蟑螂防治 老鼠防治 蚊子防治 蒼蠅防治 螞蟻防治 蛾蚋防治 園藝防治
正享是專業的白蟻白蟻防治、除蟲專家,提供消除白蟻、白蟻防治、以及除蟲服務,只要您有惱人的白蟻困擾,找正享除蟲就對了。